Senin, 26 Mei 2008

Untuk anakku

Hari itu adalah saat dimana seolah bumi dan langit bergetar. Saat itu aku tertunduk menatap seorang manusia yang baru dilahirkan dari rahim wanita yang paling kucintai di dunia ini. Saat itu aku melihatmu, Anakku. Entah apa yang kupikirkan hingga kaki ini melemah dan aku tersungkur dalam tangis bahagia, mendapatimu seolah memberikanku sepercik air surga yang meneduhkan dan menyejukkan.

Aku masih ingat ketika menyentuhmu untuk pertama kalinya. Aku bahkan tak mengetahui kau menangis saat itu, karena dalam telingaku, aku seolah mendengar bidadari bernyanyi. Mulutku pun tak sadar bergetar ketika mengucap adzan pertama kalinya di telingamu. Itu adalah doa terindah yang pernah kuucapkan sepanjang hidup, doa yang takkan pernah terlupakan....

Ayah, bapak, pakne, papa, abah, abi, kau boleh memanggilku apapun yang kau suka. Semuanya pasti akan kujawab dengan sepenuh hati, dengan senyuman tulus di bibirku. Melihatmu tumbuh, kini menjadi obsesiku yang terbesar. Aku rela melakukan apapun untuk mewujudkannya.

Anakku, dalam hati ini terpendam harapan besar. Harapan bahwa kau akan menjadi manusia yang berguna, harapan yang tidak muluk-muluk dan tidak berlebihan. Aku senantiasa berharap harimu dipenuhi senyuman dan tanpa rasa khawatir. Dan ketika rambutku sudah mulai beruban, punggung mulai bungkuk, serta kulit yang mulai keriput, aku berharap kau telah mampu mandiri dan mampu mencerahkan dunia dengan kehadirannmu di dalamnya.

1 komentar:

Anindita mengatakan...

aku baru tau ibnu punya blog...keren punya ni posting2annya,hehehe